Langsung ke konten utama

Setelah Dia Pergi. Bagaimana Keadaanmu?


Bismillah.. 

Tentang seseorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Bahkan, agama seseorang tergantung siapa teman dekatnya.
Ia ibarat seorang penjual minyak wangi, kita bisa mencium harumnya bahkan ikut harum karenanya. Ataupun teman ibarat seorang pandai besi, kita bisa saja terkena api percikannya.

Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan dan sahabat yang lain radhiyallahu'anhum, bukankah mereka berteman & hidup dengan orang-orang yang soleh? Bahkan menjadi sahabat Rasulullah ﷺ yang mereka dijamin surga oleh Allah.

Kita lihat lagi kisah ketika Rasulullah ﷺ meninggal dunia, ketika wahyu tak lagi turun selamanya. Ketika para sahabat kehilangan manusia terbaik sepanjang masa. 

Kemudian, bagaimana keadaan para sahabat yang ditinggalkan?

....

Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahu'anhu sampai membacakan sebuah ayat yang menyadarkan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah ﷺ benar-benar telah meninggal.

Bukankah mereka tetap berpegang teguh dengan agama Allah?
Menjadi khalifah selanjutnya, berdakwah tauhid, memerangi kaum kafir & nabi palsu, tetap mengikuti petunjuk-petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. Walau banyak sekali setelah itu terjadi perpecahan & murtadnya banyak orang.

Tapi.. bisa kita lihat, mana orang-orang yang ikhlas.. yang selamat, yang tetap istiqamah, tetap mengikuti petunjuk Rasulullah ﷺ & mana yang meninggalkan islam.


Lalu, bagaimana dengan kita? Bagaimana bila sahabat kita & teman kita yang pergi?

Baik untuk alasan merantau, menikah, pindah rumah, pindah kota, memiliki teman baru, menuntut ilmu di kota lain, pulang kampung atau bahkan meninggal dunia juga.

Apakah kita akan meninggalkan sunnah? Apakah kita belajar agama hanya karena ada teman?

Bagaimana teman? Apakah kita hanya terdiam, sambil berdiri melihat bayangan kita?
Apakah kita menolak takdir? Marah dengan ketetapan Allah?
Apakah kita menengadah ke langit, tersenyum dan ridho dengan semuanya?

Cukuplah kisah as-saabiqunal awwalun menjadi pelajaran bagi kita. Mereka yang lebih sedih, lebih besar perjuangannya.  

Tentang perpisahan yang hanya berjarak tempat, kita harus ridho. Bukankah menjadi impian & harapan bila kita berpisah di dunia, lalu berjumpa di surgaNya Allah? 

Jarak yang terjadi akan membuktikan siapa diantara kita yang paling baik amalnya, yang paling ikhlas, yang istiqomah berpegang pada Al Qur'an dan As Sunnah. 

Aku ucapkan untuk teman-temanku, bahkan anggota keluargaku, yang mungkin kita terpisah sementara, kita yang tak bisa bersama seperti dulu dari bangun tidur sampai tidur lagi, tak bisa lagi buat PR bareng, belajar bareng atau jalan-jalan memuji ciptaan Allah, tak bisa lagi duduk bersama dalam satu meja atau tak bisa lagi makan dalam nampan yang sama, tak bisa lagi saling bertatap muka atau tak bisa saling menyetorkan hafalan, tak bisa lagi duduk dalam majelis ilmu yang sama atau dalam halaqah yang sama, tak bisa lagi belajar di balik tabir bersama ustadz, tidak lagi pulang sekolah bareng atau merencanakan perjalanan keliling kota Palembang, atau tak bisa lagi masak mie bareng, nyuci bareng, jam Cinderella, mondok bareng, ya.. masih banyak, intinya tak bisa melakukan banyak hal yang biasanya dilakukan bersama..

Tapi temanku,
Bukankah kita masih bisa saling mendoakan?
Bukankah kita masih bisa untuk saling menasehati dalam kesabaran dan kebenaran?
Aku rasa kita semua punya nomor handphone bahkan media sosial.
Bukankah kita masih ada kesempatan untuk berpegang teguh pada Al Qur'an dan As Sunnah? Yang dengan ini mungkin saja kita bisa berjumpa lagi di surgaNya Allah atau bahkan adanya syafaat dari Allah ketika satu diantara  kita masuk ke dalam api neraka.. Bukankah teman yang soleh jadi syafaat wahai temanku ..

Bila ia tak ada lagi di sampingmu, bukankah kamu sadar bahwasanya tak ada yang abadi kecuali Allah?
Seperti perkataan Abu Bakar as-Shiddiq ketika Rasulullah ﷺ wafat :

"Barangsiapa di antara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa di antara kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tidak meninggal dunia"

Lalu membacakan firman Allah dalam surah Ali Imran:144

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِي۟ن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ: 

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada "orang-orang yang bersyukur."

Sekali lagi, cukuplah kisah as-saabiqunal awwalun menjadi pelajaran bagi kita. Orang-orang terdahulu yang lebih sedih & lebih besar ujiannya.

Maka, untuk semua temanku yang kita terpisah sementara waktu, baik untuk alasan merantau, menikah, pindah rumah, pindah kota, menuntut ilmu di kota lain, memiliki teman baru, ingatlah dengan wasiat Rasulullah ﷺ yang wasiat tersebut membuat para sahabat berlinang air mata dan bergetar hatinya! 

Apa wasiat pertama?
"أوصيكم بتقوى الله عز و جل"
"Aku mewasiatkan kalian agar bertaqwa kepada Allah"

Lalu wasiat di akhir hadits,
"فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بهاوعضوا عليها باالنواجذ....."
"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah Khulafa ar- Rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia dan gigitlah dengan gigi geraham....."

Maka, 'kan kubacakan doa safar untukmu, agar Allah langsung yang menjaga agamamu, amanahmu & akhir perbuatanmu. Asalkan hakikatnya, kita tetap istiqamah di atas agamaNya yang haq, di atas Al Qur'an dan Sunnah walaupun di tempat yang berbeda.

Semangat.. perpisahan yang sesungguhnya adalah ketika salah seorang dari kita masuk ke nerakaNya Allah.

Kita semua pasti merindukan semua momen itu. Ketika tumit-tumit kita bertemu dalam sholat berjamaah, ketika wajahnya tersenyum di hadapan kita, ketika ia terus memanggil nama kita, menelpon kita, ketika kita dijadikan orang yang pertama didatangi setelah kepada Allah.

Semoga Allah mempertemukan kita kembali. Jika tidak di dunia, di akhirat, di SurgaNya Allah. 
Karena kita milik Allah, kita tidak bisa memegang erat seseorang agar terus bersama kita. Doakan aku ya teman. Kamu jauh, tapi semoga kita tetep deket sama Allah.

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. 😢❤️❤️❤️🌹🌹

    BalasHapus
  3. Semoga Allah menjaga persahabatan kita sampai surgaNya ❣️🌼

    Aprilia💖🌸❣️💕

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kajian: "WASIAT PERPISAHAN" bersama Ustadz Roni Nuryusmansyah حفظه الله تعالى

Okay ,  ini review ke-2 ku setelah waktu itu tentang menghafal Mutun Tholibul Ilmi di Masjid Nabawi, sebenernya gak tau gimana review yang sebenernya tapi suka aja nulis & biar inget terus. بسم الله الرحمن الرحيم يوم الجمعة، ٢٧ شعبان ١٤٤٢  (٩ أبريل ٢٠٢١)       Malam itu aku duduk di tangga dengan buku & pena, sedang menunggu sesuatu. Rasanya adabku kurang sekali, mendengarkan kajian bukan pada  tempatnya. Aku juga bolak balik kamar ustadzah dan kembali lagi memilih sendirian duduk di tangga menuju lantai 2.      Berikut wasiatnya......... WASIAT PERTAMA 1. Istiqamah di atas islam & sunnah .      Kita bisa saja futur, tapi tolong.. jangan berbuat syirik & bid'ah " فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بهاوعضوا عليها باالنواجذ.....-أو كما قال-" "Wajib atas kalian berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah Khulafa ar- Rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teg...

Air Mata Mawar

Air mata itu menetes, seperti kelopak mawar yang berserakan. Bagi yang terluka hatinya, sudah pasti akan tertutup hati itu untuk siapapun. Ia tak menerima cinta, sampai tak memberikan cinta. Ia tak suka kasih sayang, hingga ia tak suka menyayangi.  Sebuah rasa, perasaan, merupakan fitrah yang Allah berikan kepada manusia.  Namun, apabila itu tak ada... terasa sepi. Ada yang kosong, ada yang menangis sendirian dan menutupi semua itu di hadapan orang lain.  Kini aku, bagaikan kelopak mawar yang berserakan. Ditiup angin berhembus, kukira menyejukkan tapi yang sebenarnya hanya omong kosong. Dahan dan ranting tak mampu untuk berdiri, bagaikan aku yang tersungkur jatuh ke tanah untuk kembali bersujud dan berdoa kepada Rabb semesta alam.  Kini, air mata itu menetes, seperti kelopak mawar yang berserakan.