Langsung ke konten utama

Duta Persahabatan, Solo.

 

Saat itu aku masih dengan seragam putih abu-abu. Duduk di deretan kursi no.4 dari depan, aku duduk di kiri. Anak-anak SMA memang heboh. Termasuk ya..kalo kedatangan orang asing di sekolah kita. Mungkin gak ya?

Rasanya, itu terjadi pada hari Jum'at. Ketika sekolahku, SMAN 9 Palembang kedatangan 2 sosok orang asing ditemani beberapa guru dan 1 guru bahasa Inggrisku di SMP (Mom.Rini). Seorang bule! Bukan orang Indonesia & ia bersama seorang gadis menggunakan selempang bertuliskan "Duta Persahabatan".

Semua mata pasti pertuju pada Mr.Fulan tersebut (lupa namanya), yaa.. namanya kedatangan orang asing ya hihi. Awalnya seperti biasa saja, aku gak tau apa topik yang akan jadi bahasan mereka, atau apa yang akan mereka lakukan di kelasku atau.. pokoknya gak tau.

Lalu, perkenalan. Aku tidak fokus dengan siapa nama mereka atau asal, atau kenapa bisa ke Palembang, ke sekolahku yang orang-orang pun kadang bertanya, 

"SMAN 9 dimana ya?"


Aku terfokus pada hal yang mereka bahas, Batik. Tentang adanya kampung batik di Solo & kita bisa belajar membuat batik di sana. MaasyaaAllah.. aku terkejut sekali, orang asing saja menyukai budaya negeri ini loh!

Lalu, kami dipersilahkan untuk bertanya. Aku sangat ingin memanfaatkan kesempatan ini for speaking in English!! Karena udah lama sekali gak ngomong bahasa Inggris dan dihadapanku orang yg dari lahir berbahasa Inggris, ini kesempatan emas!! Ditambah, the topic is Batik, I love it!
Awalnya temanku berbahasa Indonesia, aku sedang merangkai kata-kata, sudah sangat lama sekali dan aku gugup²an gitu deh kayaknya...
"Mr how do you feel when you make a batik?" Tanyaku
Ia pun menjawab & menjelaskan dengan ekpresi bahagia, membatik seperti hal yang indah di matanya dan yang kuingat tetesan air dari canting itu panas, ujarnya.

Selesai. Kami pun diajak berfoto bersama, ternyata yang bertanya disuruh duluan maju, aku senang sekali saat itu. Aku pun iseng bertanya kepada si Duta Persahabatan,
"Namanya siapa?"
"Annisa"
Lalu kami bertukar nomor WhatsApp.

Aku tidak melepaskan perkenalan itu begitu saja. Rasanya ingin mengajaknya jalan-jalan Palembang! Kami pun ngobrol & aku bertanya lebih lengkap lagi kenapa ia bisa ke Palembang. Alhamdulillah dijelaskan dan aku paham saat itu. 

Dia pun bertanya, dimana tempat membeli jilbab panjang & handsock, aku tidak terlalu tau waktu itu, yang kutahu di pasar 16 ilir. Hampir saja kami pergi tapi, hari itu aku sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler-ku. Padahal, ternyata, jika tidak salah itu adalah hari terakhirnya di Palembang. Aku belum paham dengan mementingkan prioritas saat itu, ya.. qadarullah. Aku tidak jadi pergi dengannya. Tapi, dia menenangkanku dengan perkataannya yang aku masih ingat, 


"Berarti aku harus ke Palembang lagi"

Ke Palembang lagi untuk bertemu & pergi denganku.
Annisa, setelah itu ia pulang ke Solo. Kami jarang chattingan.

Suatu hari, ketika aku mengganti WhatsApp ku ke WhatsApp Business, banyak kontak yang hilang, termasuk Annisa. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, aku sudah mencarinya di media sosial semampuku.
Aku tak menemukannya sampai sekarang. Dan sudah hampir masuk 4 tahun. Apakah kamu akan ke Palembang lagi?

Hikmah yang bisa kupetik adalah...pentingnya menghargai keberadaan orang lain. Awalnya aku sangat menyesali perbuatanku. Namun, sekarang alhamdulilah, cukup hadits dari Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam yang mengingatkanku, 


"و إن أصابك شيء، فلا تقل: لو أني فعلت كذا كان كاذا و كذا، و لكن قل: قدر الله و ما شاء فعل؛ فإن لو تفتح عمل الشيطان"  أخرجه مسلم
"Jika engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah engkau berkata: 'Seandainya saja dahulu aku berbuat begini dan begitu, maka niscaya akan begini dan begitu.' Tapi katakanlah: 'Allah telah mentakdirkan hal ini dan apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi.' Sebab kata² 'seandainya' membuka pintu perbuatan syaitan. (HR.Muslim)

Semoga saja kamu membaca tulisan ini, aku Dinda, dari Palembang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kajian: "WASIAT PERPISAHAN" bersama Ustadz Roni Nuryusmansyah حفظه الله تعالى

Okay ,  ini review ke-2 ku setelah waktu itu tentang menghafal Mutun Tholibul Ilmi di Masjid Nabawi, sebenernya gak tau gimana review yang sebenernya tapi suka aja nulis & biar inget terus. بسم الله الرحمن الرحيم يوم الجمعة، ٢٧ شعبان ١٤٤٢  (٩ أبريل ٢٠٢١)       Malam itu aku duduk di tangga dengan buku & pena, sedang menunggu sesuatu. Rasanya adabku kurang sekali, mendengarkan kajian bukan pada  tempatnya. Aku juga bolak balik kamar ustadzah dan kembali lagi memilih sendirian duduk di tangga menuju lantai 2.      Berikut wasiatnya......... WASIAT PERTAMA 1. Istiqamah di atas islam & sunnah .      Kita bisa saja futur, tapi tolong.. jangan berbuat syirik & bid'ah " فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بهاوعضوا عليها باالنواجذ.....-أو كما قال-" "Wajib atas kalian berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah Khulafa ar- Rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teg...

Setelah Dia Pergi. Bagaimana Keadaanmu?

Bismillah..  Tentang seseorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Bahkan, agama seseorang tergantung siapa teman dekatnya. Ia ibarat seorang penjual minyak wangi, kita bisa mencium harumnya bahkan ikut harum karenanya. Ataupun teman ibarat seorang pandai besi, kita bisa saja terkena api percikannya. Abu Bakar as-Shiddiq , Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan dan sahabat yang lain radhiyallahu'anhum , bukankah mereka berteman & hidup dengan orang-orang yang soleh? Bahkan menjadi sahabat Rasulullah ﷺ yang mereka dijamin surga oleh Allah. Kita lihat lagi kisah ketika Rasulullah ﷺ meninggal dunia, ketika wahyu tak lagi turun selamanya. Ketika para sahabat kehilangan manusia terbaik sepanjang masa.  Kemudian, bagaimana keadaan para sahabat yang ditinggalkan? .... Abu Bakar as-Shiddiq   radhiyallahu'anhu sampai membacakan sebuah ayat yang menyadarkan Umar bin Khattab  radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah ﷺ benar-benar telah meningga...

Air Mata Mawar

Air mata itu menetes, seperti kelopak mawar yang berserakan. Bagi yang terluka hatinya, sudah pasti akan tertutup hati itu untuk siapapun. Ia tak menerima cinta, sampai tak memberikan cinta. Ia tak suka kasih sayang, hingga ia tak suka menyayangi.  Sebuah rasa, perasaan, merupakan fitrah yang Allah berikan kepada manusia.  Namun, apabila itu tak ada... terasa sepi. Ada yang kosong, ada yang menangis sendirian dan menutupi semua itu di hadapan orang lain.  Kini aku, bagaikan kelopak mawar yang berserakan. Ditiup angin berhembus, kukira menyejukkan tapi yang sebenarnya hanya omong kosong. Dahan dan ranting tak mampu untuk berdiri, bagaikan aku yang tersungkur jatuh ke tanah untuk kembali bersujud dan berdoa kepada Rabb semesta alam.  Kini, air mata itu menetes, seperti kelopak mawar yang berserakan.